Waktu berlalu begitu saja. Setiap detik yang terlewat seolah tidak disadari. Minggu keempat setelah UTS sedang berlangsung. Cukup sudah dua minggu kemarin dalam kekacauan. Tidak boleh ada lagi kekacauan berikutnya dalam tiga minggu ke depan. Bahkan kesempatan absen kuliah pun sudah mencapai limit. Jadi apalagi alasan yang dapat mengijinkan untuk berlaku seenaknya?

Kondisi jiwa dan badan harus ditata kembali. Diletakkan dalam keadaan yang seharusnya. Bukan dalama dunia mimpi atau khayalan yang menghamparkan kemudahan. Hidup tidak selamanya manis tapi justru itulah tanda kamu masih memiliki kehidupan. Pedih, sedih, atau apapun itu bukan alasan yang dapat diterima untuk menjadi pembenaran kekacauan beberapa saat yang lalu. Jika itu alasannya maka cukuplah itu menjadi gambaran seberapa baik pengelolaan diri yang bisa dilakukan.
Lembar buku kehidupan sudah menuntut untuk membuka lembar baru. Lihatlah, apakah kombinasi warna indah yang akan memenuhi lembaran yang terbuka atau hanya coretan garis hitam serupa benang kusut dengan latar belakang putih yang memancarkan aura suram. Itu pilihan.
Lihatlah, aku siap. Aku siap kembali merasakan kenikmatan belajar. Menikmati setiap detik kehidupan. Tidak lagi dengan gerutuan sesering saat yang lalu. Perubahan itu keniscayaan. Pilihan itu menawarkan, akankah lebih baik ataukah justru menurunkan kualitas?
Bismillah. Laa khaula wa laa quwwata illa billah,,,
PadaMu aku tunduk dan berserah
Inilah usaha terbaik yang dapat kulakukan saat ini
Selebihnya kuserahkan padaMu