Archive for 2011

Ketuhanan Yang Maha Esa

 Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sila pertama dalam pancasila -Ketuhanan Yang Maha Esa- merupakan dasar yang menjiwai sila-sila yang lainnya. Sebagai sila pertama dalam dasar negara sebuah negara besar seperti negara ini seharusnya pancasila tidak hanya menjadi pajangan di dinding. Tidak ada artinya jika pancasila itu hanya dihafal dan diketahui tanpa dimengerti arti yang terkandung dibaliknya. Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita telah mengikut sertakan tuhan dalam dasar negara kita. Lalu mengapa sulit untuk kita untuk mengikut sertakan tuhan dalam kehidupan kita  sehari-hari?
      Kedudukan, jabatan, kekayaan seolah menjadi tuhan baru dalam kehidupan ini. Lalu apa  jadinya negara ini jika pancasila yang menjadi dasar negara yang dibawa dalam kehidupan bergeser maknanya? Sila pertama dalam pancasila bisa saja ‘bergeser  sedikit’ dan berubah menjadi Keuangan Yang Maha Esa, atau Kekuasaan Yang Maha Esa, atau kalimat-kalimat lainnya yang senada dengan itu.
      Kita bisa menyaksikan bagaimana orang bisa berbuat apa saja demi mendapatkan uang. Bisa menghalalkan segala cara demi mendapatkan kedudukan yang diinginkan. Jika memang begitu kejadiannya, maka tentu saja yang mereka bawa dan menyertai mereka sehari-hari bukanlah tuhan tetapi uang dan kedudukan. Maka tidak aneh jika Ketuhanan Yang Maha Esa bisa berubah menjadi Keuangan Yang Maha Esa Atau Kedudukan Yang Maha Esa.
      Yang kita perlukan sekarang adalah kesadaan kita sebagai seorang hamba yang seharusnya mengamalkan kodranya sebagai hamba untuk tunduk pada aturan yang seharusnya. Kita perlu untuk melaksanakan perintah-Nya dan mngjauhi larangan-larangan-Nya. Jika, mamusia telah berbuat ssuai dengan kodratnya yang seharusnya seharusnya masing-masing dapat mengendalikan diri dan tetap pada koridor yang seharusnya. Ketuhanan Yang Maha akan tetap menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Berani Berkata Tidak

 Berani itu tidak sama dengan nekat. Berani itu bertindak dengan penuh perhitungan. Dia  tahu resiko yang akan dihadapinya dan siap untuk menghadapi konsekuensi dari yang dia lakukan. Berani berkata tidak bukanlah hal yang mudah tapi bukan pula hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Hanya saja memang dibutuhkan mental yng kuat untuk menjadi orang yang berbeda.  Karena besar kemungkinan dia akan berjalan melawan arus. Disaat orang lain mengucapkan ‘ya’ dia mengucapkan ‘tidak’.
      Indonesia membutuhkan orang yang siap menanggung konsekuensi dari perbuatannya dalam ber’amar ma’ruf nahi munkar’. Karena dia harus berkata tidak untuk korupsi. Dia harus berkata tidak untuk ketidakadilan. Dia juga harus berkata tidak untuk menyalahgunakan jabatan yang diamanahkan. Dia harus berkata tidak dan berbeda dengan yang lain di saat yang lain memilih untuk diam dan hanya menonton.
      Mengapa harus merasa takut untuk berkata tidak terhadap semua perbuatan yang dapat menghambat kemajuan kita hanya karena tidak banyak orang ada bersama kita.  Jangan takut untuk menjadi orng asing dan dianggap aneh karena sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing. Selain itu, tidak ingatkah kita pada kesaksian yang telah kita nyatakan pada-Nya. Asyhadu anlaa ilaaha illalloh wa asyhadu anna Muhammadar rosululloh. Aku  bersaksi bahwa tidak ada illah, sesembahan, dan pemelihara kecuali Allah. Kesaksiaan kita diawali dengan kata tidak yang meniadakan semua tuhan dan sesembahan kecuali Allah.
      Jika kita mendengarkan nurani kita, kita tidak akan rela melihat ketidakadilan yang terjadi. Karena itu, tekatkan hati kita untuk berkata tidak pada semua ketidakadilan tersebut. Kita tidak akan tahu apa yang bisa kita dapat dengan satu kata tersebut sampai kita mencobanya. Tapi yakinlah tidak ada kebaikan yang sia-sia.


Hujan

       Hujan merupakan tetesan molekul air yang turun dari langit dengan membawa rahmat. Air merupakan komponen pokok dalam kehidupan. Hujan merupakan sosok lembut sekaligus kokoh dalam waktu yang bersamaan. Seharusnya kita malu terhadap makhluk Allah yang satu ini! Dia turun ke bumi dalam batas yang telah ditetapkan oleh Allah tanpa pernah menyimpang sedikitpun. Lalu, kita sebagai manusia yang merupakan makhluk-Nya yang paling agung dengan lancangnya melanggar berbagai aturan-Nya. Pantaskah kita mengaku sebagai ciptaan terbaik-Nya?
       Ketika turun dari langit, dia tidak serta-merta hanya menjatuhkan diri ke bumi untuk menumbuhkan berbagai tanaman dan menghidupkan kembali bumi yang telah mati. Ketika turun ia juga membersihkan udara dari polusi. Racun-racun di udara larut bersamanya dan turun ke bumi. Langit kembali bersih. Udara yang segar kembali dapat dihirup sepuasnya. Seharusnya, sebagai ciptaan terbaik-Nya kita dapat pula menjadi penawar racun bagi orang lain. Meringankan beban orang lain. Mengembalikan senyum mereka. Memberikan bantuan yang mereka butuhkan.
       Ketika telah sampai di bumi, air hujan menjadi penyegar bagi tanah yang gersang. Menumbuhkan tanaman. Kedatangannya dinanti oleh para petani. Keberadaannya dibutuhkan untuk menjaga kehidupan. Tak ada makhluk yang dapat hidup tanpa air.
       Alangkah indahnya ketika keberadaan kita diharapkan orang lain. Kedatangan kita dinanti-nantikan. Peran kita ditunggu-tunggu. Ide-ide yang kita lontarkan menjadi hal yang dinantikan. Dan keberadaan kita menentramkan orang lain.
       Ketika sampai di bumi dan ia tidak mendapati tempat untuk meresap ke dalam bumi ia terus mengalir dan mencari untuk mendapatkan tempat meresap. Dia pantang menyerah. Ketika jalan yang dipilihnya dibendung ia akan mencari jalan lain. Ia akan terus mencari sampai dapat.
       Masalah yang kita hadapi laksana benda yang membendung air hujan yang mencari jalannya untuk meresap ke bumi. Kita harus tetap berusaha mencari jalan keluar untuk masalah tersabut. Jangan berdiam diri di tempat karena air saja terus mencari jalannya sendiri. Ingat, Kita bahkan lebih mulia dari air!
       Malang, keberadaannya kadang dirutuki ketika ia datang ketika manusia ingin berpest pora. Bukankah secara tidak langsung mereka sedang merutuki pencipta-Nya? Padahal Allah dengan bangga mengabadikan keberadaan beserta manfaatnya dalam Al Qur’an.
 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan
kepada-Mu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan
air hujan dari langit. Lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang mempergunakan akalnya.” (Ar-Ruum: 24)

       Tidak pantaslah bagi kita merutuki kedatangannya sedang dalam waktu yang lain kita benar-benar memohan dan meminta dengan sepenuh hati kedatangnnya untuk mempertahankan hidup kita. Banyak hal yang dapat kita ambil darinya. Banyak hikmah yang dapat kita petik. Tidak mungkin ada ciptaan-Nya yang tidak memberikan manfaat. Jikalau pada suatu ketika kedatangannya berubah menjadi bencana itu hanyalah akibat dari perbuatan manusia sendiri. Perbuatan buruk manusialah yang merubah kedatangannya menjadi hal yang mengerikan. Jangan salahkan siapapun!!! Instropeksi ke dalam diri sendiri. Perbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat!!!       

Antara Kenyataan dan Harapan

    Indonesia adalah negara kaya dan subur. Itu adalah pernyataan yang sering kita dengar. Bahkan kalimat itu menjadi bagian dari bait lagu yang sering kita dengar. Dan hal itu memang benar adanya. Negara kita adalah negara kaya dengan sumber daya alam yang melimpah. Jumlah kekayaan alam Indonesia bukan jumlah yang sedikit. Seluruh kekayaan itu tersebar di seluruh wilayah Indoneia.
    Aku bangga menjadi anak Indonesia. Itu adalah kalimat yang akan diucapkan oleh setiap anak Indonesia jika mereka mengetahui dan merasakan kekayaan tersebut. Karena apa yang dimiliki Indonesia lebih dari cukup untuk memakmurkan seluruh rakyat Indonesia.
    Namun, kekayaan tersebut seolah hanya secara formalitas menjadi milik Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena pada kenyataannya kekayaan itu tidak dinikmati oleh semua kalangan. Dan entah mengapa, mereka yang lebih banyak menikmati adalah para pengusaha besar dan penguasa yang notabene telah memiliki harta yang banyak dn seharusnya mengolah kekayaan alam tersebut. Hal ini seolah lebih memperjelas lagi bahwa yang berhak memiliki kekayaan itu hanyalah mereka yang memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk mempengaruhi orang lain.
    Tetapi perlu diingat bahwa menghujat dan menyesali bukanlah sikap yang bijaksana. Dan seharusnya sikap itu dihindari karena hanya akan semakin melemahkan kita. Seseorang yang bijak dapat tetap tersenyum bahkan disaat terburuk sekalipun karena dia belajar untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian untuk dijadikan pelajaran dimasa yang akan datang. Karena itu, keadaan Indonesia saat ini dengan segala ironinya seharusnya tidak membuat kita lantas merasa malu menjadi warga negara ini. Untuk apa menghujat dan mencaci bila ternyata kita sendiri tidak memiliki kontribusi apapun untuk Indonesia tercinta ini. Karena sebenarnya kitalah yang seharusnya membenahi kerusakan yang ada. Yang dibutuhkan oleh ibu pertiwi saat ini adalah tindakan nyata dari anak bangsanya.
     Jangan tanyakan apa yang telah diberikan negara untukmu. Tapi, tanyakanlah pada dirimu sendiri. Apa yang telah kamu berikan untuk bangsa dan negaramu. Selamat berjuang!!! Semoga kita bisa memberikan kontribusi terbaik untuk Indonesia ini…
   

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

:)

Social Icons

Cari Blog Ini

Featured Posts