Archive for Januari 2011

Hujan

       Hujan merupakan tetesan molekul air yang turun dari langit dengan membawa rahmat. Air merupakan komponen pokok dalam kehidupan. Hujan merupakan sosok lembut sekaligus kokoh dalam waktu yang bersamaan. Seharusnya kita malu terhadap makhluk Allah yang satu ini! Dia turun ke bumi dalam batas yang telah ditetapkan oleh Allah tanpa pernah menyimpang sedikitpun. Lalu, kita sebagai manusia yang merupakan makhluk-Nya yang paling agung dengan lancangnya melanggar berbagai aturan-Nya. Pantaskah kita mengaku sebagai ciptaan terbaik-Nya?
       Ketika turun dari langit, dia tidak serta-merta hanya menjatuhkan diri ke bumi untuk menumbuhkan berbagai tanaman dan menghidupkan kembali bumi yang telah mati. Ketika turun ia juga membersihkan udara dari polusi. Racun-racun di udara larut bersamanya dan turun ke bumi. Langit kembali bersih. Udara yang segar kembali dapat dihirup sepuasnya. Seharusnya, sebagai ciptaan terbaik-Nya kita dapat pula menjadi penawar racun bagi orang lain. Meringankan beban orang lain. Mengembalikan senyum mereka. Memberikan bantuan yang mereka butuhkan.
       Ketika telah sampai di bumi, air hujan menjadi penyegar bagi tanah yang gersang. Menumbuhkan tanaman. Kedatangannya dinanti oleh para petani. Keberadaannya dibutuhkan untuk menjaga kehidupan. Tak ada makhluk yang dapat hidup tanpa air.
       Alangkah indahnya ketika keberadaan kita diharapkan orang lain. Kedatangan kita dinanti-nantikan. Peran kita ditunggu-tunggu. Ide-ide yang kita lontarkan menjadi hal yang dinantikan. Dan keberadaan kita menentramkan orang lain.
       Ketika sampai di bumi dan ia tidak mendapati tempat untuk meresap ke dalam bumi ia terus mengalir dan mencari untuk mendapatkan tempat meresap. Dia pantang menyerah. Ketika jalan yang dipilihnya dibendung ia akan mencari jalan lain. Ia akan terus mencari sampai dapat.
       Masalah yang kita hadapi laksana benda yang membendung air hujan yang mencari jalannya untuk meresap ke bumi. Kita harus tetap berusaha mencari jalan keluar untuk masalah tersabut. Jangan berdiam diri di tempat karena air saja terus mencari jalannya sendiri. Ingat, Kita bahkan lebih mulia dari air!
       Malang, keberadaannya kadang dirutuki ketika ia datang ketika manusia ingin berpest pora. Bukankah secara tidak langsung mereka sedang merutuki pencipta-Nya? Padahal Allah dengan bangga mengabadikan keberadaan beserta manfaatnya dalam Al Qur’an.
 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan
kepada-Mu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan
air hujan dari langit. Lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang mempergunakan akalnya.” (Ar-Ruum: 24)

       Tidak pantaslah bagi kita merutuki kedatangannya sedang dalam waktu yang lain kita benar-benar memohan dan meminta dengan sepenuh hati kedatangnnya untuk mempertahankan hidup kita. Banyak hal yang dapat kita ambil darinya. Banyak hikmah yang dapat kita petik. Tidak mungkin ada ciptaan-Nya yang tidak memberikan manfaat. Jikalau pada suatu ketika kedatangannya berubah menjadi bencana itu hanyalah akibat dari perbuatan manusia sendiri. Perbuatan buruk manusialah yang merubah kedatangannya menjadi hal yang mengerikan. Jangan salahkan siapapun!!! Instropeksi ke dalam diri sendiri. Perbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat!!!       

Antara Kenyataan dan Harapan

    Indonesia adalah negara kaya dan subur. Itu adalah pernyataan yang sering kita dengar. Bahkan kalimat itu menjadi bagian dari bait lagu yang sering kita dengar. Dan hal itu memang benar adanya. Negara kita adalah negara kaya dengan sumber daya alam yang melimpah. Jumlah kekayaan alam Indonesia bukan jumlah yang sedikit. Seluruh kekayaan itu tersebar di seluruh wilayah Indoneia.
    Aku bangga menjadi anak Indonesia. Itu adalah kalimat yang akan diucapkan oleh setiap anak Indonesia jika mereka mengetahui dan merasakan kekayaan tersebut. Karena apa yang dimiliki Indonesia lebih dari cukup untuk memakmurkan seluruh rakyat Indonesia.
    Namun, kekayaan tersebut seolah hanya secara formalitas menjadi milik Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena pada kenyataannya kekayaan itu tidak dinikmati oleh semua kalangan. Dan entah mengapa, mereka yang lebih banyak menikmati adalah para pengusaha besar dan penguasa yang notabene telah memiliki harta yang banyak dn seharusnya mengolah kekayaan alam tersebut. Hal ini seolah lebih memperjelas lagi bahwa yang berhak memiliki kekayaan itu hanyalah mereka yang memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk mempengaruhi orang lain.
    Tetapi perlu diingat bahwa menghujat dan menyesali bukanlah sikap yang bijaksana. Dan seharusnya sikap itu dihindari karena hanya akan semakin melemahkan kita. Seseorang yang bijak dapat tetap tersenyum bahkan disaat terburuk sekalipun karena dia belajar untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian untuk dijadikan pelajaran dimasa yang akan datang. Karena itu, keadaan Indonesia saat ini dengan segala ironinya seharusnya tidak membuat kita lantas merasa malu menjadi warga negara ini. Untuk apa menghujat dan mencaci bila ternyata kita sendiri tidak memiliki kontribusi apapun untuk Indonesia tercinta ini. Karena sebenarnya kitalah yang seharusnya membenahi kerusakan yang ada. Yang dibutuhkan oleh ibu pertiwi saat ini adalah tindakan nyata dari anak bangsanya.
     Jangan tanyakan apa yang telah diberikan negara untukmu. Tapi, tanyakanlah pada dirimu sendiri. Apa yang telah kamu berikan untuk bangsa dan negaramu. Selamat berjuang!!! Semoga kita bisa memberikan kontribusi terbaik untuk Indonesia ini…
   

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

:)

Social Icons

Cari Blog Ini

Featured Posts