Archive for Februari 2011

Ketuhanan Yang Maha Esa

 Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sila pertama dalam pancasila -Ketuhanan Yang Maha Esa- merupakan dasar yang menjiwai sila-sila yang lainnya. Sebagai sila pertama dalam dasar negara sebuah negara besar seperti negara ini seharusnya pancasila tidak hanya menjadi pajangan di dinding. Tidak ada artinya jika pancasila itu hanya dihafal dan diketahui tanpa dimengerti arti yang terkandung dibaliknya. Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita telah mengikut sertakan tuhan dalam dasar negara kita. Lalu mengapa sulit untuk kita untuk mengikut sertakan tuhan dalam kehidupan kita  sehari-hari?
      Kedudukan, jabatan, kekayaan seolah menjadi tuhan baru dalam kehidupan ini. Lalu apa  jadinya negara ini jika pancasila yang menjadi dasar negara yang dibawa dalam kehidupan bergeser maknanya? Sila pertama dalam pancasila bisa saja ‘bergeser  sedikit’ dan berubah menjadi Keuangan Yang Maha Esa, atau Kekuasaan Yang Maha Esa, atau kalimat-kalimat lainnya yang senada dengan itu.
      Kita bisa menyaksikan bagaimana orang bisa berbuat apa saja demi mendapatkan uang. Bisa menghalalkan segala cara demi mendapatkan kedudukan yang diinginkan. Jika memang begitu kejadiannya, maka tentu saja yang mereka bawa dan menyertai mereka sehari-hari bukanlah tuhan tetapi uang dan kedudukan. Maka tidak aneh jika Ketuhanan Yang Maha Esa bisa berubah menjadi Keuangan Yang Maha Esa Atau Kedudukan Yang Maha Esa.
      Yang kita perlukan sekarang adalah kesadaan kita sebagai seorang hamba yang seharusnya mengamalkan kodranya sebagai hamba untuk tunduk pada aturan yang seharusnya. Kita perlu untuk melaksanakan perintah-Nya dan mngjauhi larangan-larangan-Nya. Jika, mamusia telah berbuat ssuai dengan kodratnya yang seharusnya seharusnya masing-masing dapat mengendalikan diri dan tetap pada koridor yang seharusnya. Ketuhanan Yang Maha akan tetap menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Berani Berkata Tidak

 Berani itu tidak sama dengan nekat. Berani itu bertindak dengan penuh perhitungan. Dia  tahu resiko yang akan dihadapinya dan siap untuk menghadapi konsekuensi dari yang dia lakukan. Berani berkata tidak bukanlah hal yang mudah tapi bukan pula hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Hanya saja memang dibutuhkan mental yng kuat untuk menjadi orang yang berbeda.  Karena besar kemungkinan dia akan berjalan melawan arus. Disaat orang lain mengucapkan ‘ya’ dia mengucapkan ‘tidak’.
      Indonesia membutuhkan orang yang siap menanggung konsekuensi dari perbuatannya dalam ber’amar ma’ruf nahi munkar’. Karena dia harus berkata tidak untuk korupsi. Dia harus berkata tidak untuk ketidakadilan. Dia juga harus berkata tidak untuk menyalahgunakan jabatan yang diamanahkan. Dia harus berkata tidak dan berbeda dengan yang lain di saat yang lain memilih untuk diam dan hanya menonton.
      Mengapa harus merasa takut untuk berkata tidak terhadap semua perbuatan yang dapat menghambat kemajuan kita hanya karena tidak banyak orang ada bersama kita.  Jangan takut untuk menjadi orng asing dan dianggap aneh karena sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing. Selain itu, tidak ingatkah kita pada kesaksian yang telah kita nyatakan pada-Nya. Asyhadu anlaa ilaaha illalloh wa asyhadu anna Muhammadar rosululloh. Aku  bersaksi bahwa tidak ada illah, sesembahan, dan pemelihara kecuali Allah. Kesaksiaan kita diawali dengan kata tidak yang meniadakan semua tuhan dan sesembahan kecuali Allah.
      Jika kita mendengarkan nurani kita, kita tidak akan rela melihat ketidakadilan yang terjadi. Karena itu, tekatkan hati kita untuk berkata tidak pada semua ketidakadilan tersebut. Kita tidak akan tahu apa yang bisa kita dapat dengan satu kata tersebut sampai kita mencobanya. Tapi yakinlah tidak ada kebaikan yang sia-sia.


Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

:)

Social Icons

Cari Blog Ini

Featured Posts